Fakta Tentang Indonesia adalah Benua Atlantis Yang Hilang

Tuesday, November 18, 2014

print this page
send email
SBB - Indonesia ternyata adalah merupakan benua Atlantis yang hilang sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Plato dalam bukunya Timaeus dan Critias. Fakta mengejutkan ini diungkapkan oleh Prof. Arysio Nunes dos Santos dalam bukunya "Atlantis, The Lost Continent Finally Found".
Prakata.
Atlantis, Atalantis, atau Atlantika (bahasa Yunani: Ἀτλαντὶς νῆσος, "pulau Atlas") adalah merupakan sebuah pulau atau bahkan sebuah benua legendaris yang pertama kali disebutkan oleh Plato dalam bukunya Timaeus dan Critias.
Dalam catatannya tersebut, Plato menuliskan bahwa Atlantis ini terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules", dan memiliki angkatan laut yang telah menaklukkan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis kemudian tenggelam ke dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam".
Telah diklaim bahwa sebelum era Eratosthenes tahun 250 SM, penulis Yunani menyatakan bahwa lokasi "pilar-pilar Herkules" berada di Selat Sisilia, namun tidak terdapat bukti-bukti yang cukup untuk membuktikan hal tersebut.
Atlantis umumnya dianggap hanya sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politiknya. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas oleh kebanyakan ahli, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli mengatakan bahwa Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun 415-413 SM.
Masyarakat sering membicarakan keberadaan Atlantis selama Era Klasik, namun umumnya tidak mempercayainya dan kadang-kadang menjadikannya sebagai bahan lelucon. Kisah Atlantis kurang dikenal pada Abad Pertengahan, namun pada era modern cerita mengenai Atlantis ditemukan kembali. Deskripsi Plato menginspirasikan karya-karya penulis zaman Renaissance, seperti "New Atlantis" karya Francis Bacon. Atlantis juga mempengaruhi literatur modern, dari fiksi ilmiah hingga buku komik dan film. Namanya telah menjadi pameo untuk semua peradaban prasejarah yang telah maju (dan kemudian menghilang).
Pada buku Timaeus, Plato berkisah:
"Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam".
Menurut Critias, dewa Helenik membagi wilayah untuk setiap dewa; Poseidon mewarisi wilayah pulau Atlantis. Pulau ini lebih besar daripada Libya kuno dan Asia Kecil yang disatukan, tetapi akan tenggelam karena gempa bumi dan menjadi sejumlah lumpur yang tak dapat dilewati, menghalangi perjalanan menyeberang samudra. Bangsa Mesir pernah mendeskripsikan Atlantis ini sebagai pulau yang terletak kira-kira 700 kilometer, kebanyakan terdiri dari pegunungan di wilayah Utara dan sepanjang pantai, dan melingkupi padang rumput berbentuk bujur di Selatan "terbentang dalam satu arah tiga ribu stadia (sekitar 600 km), tetapi di tengah sekitar dua ribu stadia (400 km).
Selain Timaeus dan Critias, tidak terdapat catatan kuno mengenai Atlantis, yang berarti setiap catatan mengenai Atlantis lainnya berdasarkan dari catatan Plato.
Sejarawan dan filsuf kuno lainnya yang memercayai keberadaan Atlantis adalah Strabo dan Posidonius. Zoticus, seorang filsuf Neoplatonis pada abad ke-3, menulis puisi berdasarkan catatan Plato mengenai Atlantis. Novel Francis Bacon tahun 1627, The New Atlantis (Atlantis Baru), mendeskripsikan komunitas utopia yang disebut Bensalem, terletak di pantai barat Amerika. Karakter dalam novel ini memberikan sejarah Atlantis yang mirip dengan catatan Plato. Tidak jelas apakah Bacon menyebut Amerika Utara atau Amerika Selatan. Novel Isaac Newton tahun 1728, The Chronology of the Ancient Kingdoms Amended (Kronologi Kerajaan Kuno Berkembang), mempelajari berbagai hubungan mitologi dengan Atlantis. 
Pada pertengahan dan akhir abad ke-19, beberapa sarjana Mesoamerika, dimulai dari Charles Etienne Brasseur de Bourbourg, dan termasuk Edward Herbert Thompson dan Augustus Le Plongeon, menyatakan bahwa Atlantis berhubungan dengan peradaban Maya dan Aztek.
Pada tahun 1882, Ignatius L. Donnelly mempublikasikan Atlantis: the Antediluvian World. Karyanya menarik minat banyak orang terhadap Atlantis. Donnelly mengambil catatan Plato mengenai Atlantis dengan serius dan menyatakan bahwa semua peradaban kuno yang diketahui berasal dari tingginya kebudayaan Neolitik.
Konsep Profesor Arysio Nunes dos Santos
Adalah Profesor Arysio Santos yang menyimpulkan bahwa setelah melakukan penelitian selama 30 tahun terakhir, dirinya meyakini benua Atlantis yang hilang tersebut adalah Indonesia. “Profesor Santos memperoleh keyakinan setelah melakukan penelitian kalau Indonesia adalah Atlantis yang hilang,” jelas Jimly Asshiddiqie (Dikutip Koran Sindo).
Menurut Jimly, karya Santos yang kemudian dibukukan dengan judul "Atlantis, The Lost Continent Finally Found" didukung dengan sejumlah fakta yang memang mendekatkan Indonesia dengan Atlantis. Bahkan, kata Jimly, pernyataan arkeolog, manusia tertua adalah Pithecanthropus Erectus semakin mengindikasikan hal tersebut.
“Ada info dari arkeolog, manusia tertua yakni Pithecanthropus Erectus ya manusia Jawa. Jadi sangat mungkin peradaban hebat itu sebenarnya dari Indonesia,” terang mantan anggota Wantimpres ini. Jimly menambahkan, kalau memang memungkinkan, sebuah peradaban yang besar kemudian menghilang. Meski sempat hilang dari sejarah bangsa Indonesia dan umat dunia, Jimly menyarankan agar penelitian Santos ini dapat memotivasi bangsa Indonesia agar bangkit dari situasi sekarang ini.
“Paling penting adalah bahwa kita pernah hebat, ini (buku karya Santos) sebagai sumber motivasi ke depan agar bisa maju,” tandas Jimly.
Sementara itu, Direktur LIPI Profesor Dr Umar Anggara mengatakan agar temuan Santos ini dijadikan motivasi para ilmuwan Indonesia untuk membuktikan kebenarannya secara akademis.
“Saya harap buku ini bisa menginspirasi bagi para ilmuwan untuk mencari kebenaran secara akademik. Karena menyinggung Indonesia dan sudah sepatutnya kita yang mencari tahu,” imbuh Umar. 
Kehancuran Atlantis
Benua Atlantis hilang di karenakan tenggelam oleh lautan dan bencana gempa bumi, hingga mengakibatkan daratan Atlantis tenggelam hingga mencapai dasar laut. Terlihat jelas bahwa ada bangunan-bangunan tua yang sudah ada sejak berabad-abad di dasar laut di Selat Sunda.
Keberadaan Kota Atlantis yang diperkirakan tenggelam 11.600 tahun lalu masih menjadi misteri. Namun, ada satu dokumen yang menyebut Indonesia merupakan wilayah Atlantis yang sebenarnya. Benarkah ?.
Santos meyakini benua menghilang akibat letusan beberapa gunung berapi yang terjadi bersamaan pada akhir zaman es sekitar 11.600 tahun lalu. Di antara gunung besar yang meletus zaman itu adalah Gunung Krakatau Purba (induk Gunung Krakatau yang meletus pada 1883) yang konon letusannya sanggup menggelapkan seluruh dunia. Letusan gunung berapi yang terjadi bersamaan ini menimbulkan gempa, pencairan es, banjir, serta gelombang tsunami sangat besar. 
Saat gunung berapi itu meletus, ledakannya membuka Selat Sunda. Peristiwa itu juga mengakibatkan tenggelamnya sebagian permukaan bumi yang kemudian disebut Atlantis. Bencana mahadahsyat ini juga mengakibatkan punahnya hampir 70 persen spesies mamalia yang hidup pada masa itu, termasuk manusia. Mereka yang selamat kemudian berpencar ke berbagai penjuru dunia dengan membawa serta mempraktekkan peradaban mereka di wilayah baru. 
“Kemungkinan besar dua atau tiga spesies manusia seperti ‘hobbit’ yang baru-baru ini ditemukan di Pulau Flores musnah dalam waktu yang hampir sama,” tulis Santos. Sebelum terjadinya bencana banjir itu, beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Nusa Tenggara diyakini masih menyatu dengan semenanjung Malaysia serta Benua Asia.
Menurut Santos, pulau-pulau di Indonesia yang mencapai ribuan itu merupakan puncak-puncak gunung dan dataran-dataran tinggi benua Atlantis yang dulu tenggelam. Satu hal yang ditekankan Santos adalah banyak peneliti selama ini terkecoh dengan nama Atlantis. Mereka melihat kedekatan nama Atlantis dengan Samudera Atlantik yang terletak di antara Eropa, Amerika dan Afrika. Padahal pada masa kuno hingga era Christoper Columbus atau sebelum ditemukannya Benua Amerika, Samudera Atlantik yang dimaksud adalah terusan Samudra Pasifik dan Hindia.
Sekali lagi Indonesia memiliki syarat untuk itu karena Indonesia berada di antara dua samudera tersebut. Jika terdapat begitu banyak kemungkinan Indonesia menjadi lokasi sesungguhnya Atlantis lalu, mengapa selama ini nama Indonesia jarang disebut-sebut dalam referensi Atlantis ?.
Santos menilai keengganan Dunia Barat melakukan ekspedisi ataupun mengakui Indonesia sebagai wilayah Atlantis adalah karena hal itu akan mengubah catatan sejarah tentang siapa penemu peradaban. Dengan adanya sejumlah bukti mengenai keberadaan Atlantis di Indonesia maka teori yang mengatakan dunia Barat sebagai penemu dan pusat peradaban dunia akan hancur total.
“Kenyataan Atlantis (berada di Indonesia) kemungkinan besar akan mengakibatkan perlunya revisi besar-besaran dalam ilmu humaniora, seperti antropologi, sejarah, linguistik, arkelogi, teori evolusi, paleantropologi dan bahkan mungkin agama,” tulis Santos dalam bukunya. 
Majapahit 1478
Peta Atlantis yang hilang menurut Prof Arysio Nunes dos Santos
Selain Santos, banyak arkeolog Amerika Serikat yang juga meyakini Atlantis adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land yang luasnya dua kali negara India. Daratan itu kini tinggal Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Salah satu pulau di Indonesia yang kemungkinan bisa menjadi contoh terbaik dari keberadaan sisa-sisa Atlantis adalah Pulau Natuna, Riau.
Berdasarkan penelitian, gen yang dimiliki penduduk asli Natuna mirip dengan bangsa Austronesia tertua. Rumpun bangsa Austronesia yang menjadi cikal bakal bangsa-bangsa Asia merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah keberadaan manusia. 
Rumpun ini kini tersebar dari Madagaskar di bagian Barat hingga Pulau Paskah di di bagian Timur. Rumpun bangsa ini juga melahirkan 1.200 bahasa yang kini tersebar di berbagai belahan bumi dan dipakai lebih dari 300 juta orang. 
Yang menarik adalah, sekitar 80 persen dari rumpun penutur bahasa Austronesia tinggal di Kepulauan Nusantara Indonesia. Namun, pendapat Santos dan kawan-kawan yang meyakini bahwa Atlantis berada di Indonesia ini masih harus dikaji karena kurang dilengkapi bukti-bukti arkeologis.
Pakar Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Wahyu Hantoro mengatakan analisa Santos masih berupa sebuah hipotesa. 
"Perlu dijelaskan lebih lanjut kategorisasi jenis kebudayaan tinggi yang ada pada zaman Atlantis serta gelombang setinggi apa yang bisa membuat Paparan Sunda terbelah," jelas Wahyu. 
Demikianlah paparan singkat perihal Indonesia ternyata merupakan benua Atlantis yang hilang, dan pada tulisan berikutnya akan penulis uraikan tentang beberapa bukti-bukti arkeologis yang pernah ditemukan di Indonesia (wilayah Nusantara).